Guru-guru SMA Byung Moon terkejut melihat nilai murid-murid kelas khusus yang meningkat dengan drastis, bahkan Bong Goo mendapat nilai tertinggi.
Tiba-tiba ayah Bong Goo datang dengan terengah-engah dan panik.
“Ada apa?” tanya Seok Ho, masuk ke ruangan itu.
“Apa yang harus kami lakukan pada Bong Goo?” tanya ayah Bong Goo panik.
Tiba-tiba ayah Bong Goo datang dengan terengah-engah dan panik.
“Ada apa?” tanya Seok Ho, masuk ke ruangan itu.
“Apa yang harus kami lakukan pada Bong Goo?” tanya ayah Bong Goo panik.
Ayah Bong Goo mengajak Soo Jung dan Seok Ho ke rumah mereka. Rupanya Bong Goo mengunci diri dalam kamar dan tidak mau keluar. Orang tuanya memanggil-manggil tapi Bong Goo tetap tidak mau keluar.
Seok Ho mendobrak pintu dan di dalam, Bong Goo sedang duduk di ranjangnya seraya memegang soal ujian.
Seok Ho dan Soo Jung masuk.
“Aku sudah belajar dengan keras.” kata Bong Goo menangis. “Belajar dengan sangat keras. Tapi nilaiku sama sekali tidak meningkat.”
“Jika kau belajar dengan keras, bagaimana bisa nilaimu tidak meningkat?” tanya Seok Ho.
“Karena aku bodoh.” jawab Bong Goo. “Aku lahir dengan otak yang tidak berguna ini.”
“Jika kau berkata begitu, berarti semua orang lahir dengan otak yang tidak berguna.” kata Seok Ho. “Berapa kali kubilang itu padamu dan kau masih tidak mendengarkan aku!”
“Kau pikir aku tidak mendengar ucapanmu?!” teriak Bong Goo. “Kau hanya berkata begitu untuk menghibur orang yang bodoh seperti aku! Ada orang yang terus mencoba tapi tetap tidak bisa! Kau pikir aku tidak tahu kalau aku tidak akan berhasil sekeras apapun aku berusaha?!”
“Kau harus diberi pelajaran!” bentak Seok Ho kehilangan kesabaran.
“Pengacara Kang!” seru Soo Jung.
“Jika ia sudah menetapkan hal negatif di pikirannya, maka bagaimana ia akan bisa berkonsentrasi masuk ke universitas bagus?!” teriak Seok Ho.
“Aku berbohong pada teman-temanku.” kata Bong Goo. “Aku tahu aku berjanji pada Pul Ip bahwa aku akan berusaha mendapatkan nilai yang baik. Aku belajar berbohong tentang belajarku pada teman-teman. Aku melakukan hal yang sangat jahat!”
“Apa yang kau bicarakan?” tanya Soo Jung, menangis. “Kau tidak melakukan hal yang salah!”
“Itu karena aku terlalu bodoh!” seru Bong Goo, menangis histeris seraya memukuli kepalanya.
Soo Jung mencoba menghentikan Bong Goo. Ayah dan Ibu Bong Goo masuk ke dalam kamar.
“Ini semua salah Ayah!” seru ayah Bong Goo. “Ayahlah yang menyebabkanmu memiliki otak yang tidak berguna. Semuanya salah Ayah!” Ayah Bong Goo menangis dan memukuli kepalanya.
“Akulah yang mengandungnya!” kata Ibu Bong Goo menangis. “Aku tidak makan dengan benar! Semuanya salahku!”
Seok Ho mendobrak pintu dan di dalam, Bong Goo sedang duduk di ranjangnya seraya memegang soal ujian.
Seok Ho dan Soo Jung masuk.
“Aku sudah belajar dengan keras.” kata Bong Goo menangis. “Belajar dengan sangat keras. Tapi nilaiku sama sekali tidak meningkat.”
“Jika kau belajar dengan keras, bagaimana bisa nilaimu tidak meningkat?” tanya Seok Ho.
“Karena aku bodoh.” jawab Bong Goo. “Aku lahir dengan otak yang tidak berguna ini.”
“Jika kau berkata begitu, berarti semua orang lahir dengan otak yang tidak berguna.” kata Seok Ho. “Berapa kali kubilang itu padamu dan kau masih tidak mendengarkan aku!”
“Kau pikir aku tidak mendengar ucapanmu?!” teriak Bong Goo. “Kau hanya berkata begitu untuk menghibur orang yang bodoh seperti aku! Ada orang yang terus mencoba tapi tetap tidak bisa! Kau pikir aku tidak tahu kalau aku tidak akan berhasil sekeras apapun aku berusaha?!”
“Kau harus diberi pelajaran!” bentak Seok Ho kehilangan kesabaran.
“Pengacara Kang!” seru Soo Jung.
“Jika ia sudah menetapkan hal negatif di pikirannya, maka bagaimana ia akan bisa berkonsentrasi masuk ke universitas bagus?!” teriak Seok Ho.
“Aku berbohong pada teman-temanku.” kata Bong Goo. “Aku tahu aku berjanji pada Pul Ip bahwa aku akan berusaha mendapatkan nilai yang baik. Aku belajar berbohong tentang belajarku pada teman-teman. Aku melakukan hal yang sangat jahat!”
“Apa yang kau bicarakan?” tanya Soo Jung, menangis. “Kau tidak melakukan hal yang salah!”
“Itu karena aku terlalu bodoh!” seru Bong Goo, menangis histeris seraya memukuli kepalanya.
Soo Jung mencoba menghentikan Bong Goo. Ayah dan Ibu Bong Goo masuk ke dalam kamar.
“Ini semua salah Ayah!” seru ayah Bong Goo. “Ayahlah yang menyebabkanmu memiliki otak yang tidak berguna. Semuanya salah Ayah!” Ayah Bong Goo menangis dan memukuli kepalanya.
“Akulah yang mengandungnya!” kata Ibu Bong Goo menangis. “Aku tidak makan dengan benar! Semuanya salahku!”
Seok Ho pulang ke rumah Baek Hyun. Baek Hyun mencoba bersikap baik pada Seok Ho. Tapi Seok Ho malah berkata, “Hwang Baek Hyun, tidak perlu mengkhawatirkan aku. Berkonsentrasilah saja untuk ujianmu.”
Baek Hyun kesal.
Baek Hyun kesal.
Keesokkan harinya di kelas khusus, Bong Goo tidak masuk.
“Bong Goo pasti saat ini sedang bersantai.” kata Chan Doo.
“Ya, nilainya meningkat dengan drastis.” kata Hyun Jung menanggapi.
“Oh Bong Goo…” Seok Ho berkata. “Nilainya tidak meningkat. Ia berbohong.”
Murid-murid terkejut dan bingung.
“Kalian semua, jangan coba menghubungi atau menghibur Bong Goo.” kata Seok Ho. “Jangan bertanya pada keluarganya mengenai dia. Kalian semua tidak diperbolehkan melakukan apapun.”
Kali ini murid-murid tidak membantah.
“Bong Goo pasti saat ini sedang bersantai.” kata Chan Doo.
“Ya, nilainya meningkat dengan drastis.” kata Hyun Jung menanggapi.
“Oh Bong Goo…” Seok Ho berkata. “Nilainya tidak meningkat. Ia berbohong.”
Murid-murid terkejut dan bingung.
“Kalian semua, jangan coba menghubungi atau menghibur Bong Goo.” kata Seok Ho. “Jangan bertanya pada keluarganya mengenai dia. Kalian semua tidak diperbolehkan melakukan apapun.”
Kali ini murid-murid tidak membantah.
Saat istirahat, Pul Ip dkk melihat Bong Goo kembali ke kelasnya yang lama. Bong Goo sedang diganggu oleh teman sekelasnya yang biasa.
“Oh Bong Goo, kenapa kau di sini?” tanya Pul Ip.
“Ayo!” Baek Hyun mengambil buku Bong Goo dan mengajaknya kembali ke kelas khusus.
“Tidak.” kata Bong Goo, mangambil bukunya lagi. “Aku tidak mau ke universitas lagi.”
“Apa, Bong Goo?” tanya Jang Ma Ri, masuk ke kelas itu. “Siapa yang memberimu izin untuk berkata dan berlaku sesukamu? Tinggalkan kelasku. Sekarang.”
Baek Hyun mengangkat meja Bong Goo. Pul Ip, Hyun Jung dan Chan Doo mengambil barang-barangnya.
Baek Hyun meletakkan meja Bong Goo di luar kelas khusus. “Duduk disini. Kau pikir kau bisa lulus jika tidak memperhatikan pelajaran?”
“Kalian tidak masuk?” tanya Baek Hyun pada teman-temannya. “Bong Goo ingin duduk disini.”
“Baek Hyun!” seru Soo Jung.
“Oh Bong Goo, kau bilang bahwa kita bersama-sama akan berusaha dengan baik sampai akhir.” kata Baek Hyun. “Bagaimana bisa kau keluar begitu saja? Orang yang tidak berguna!”
“Ayo kita masuk.” kata Pul Ip, mengajak teman-temannya masuk.
“Oh Bong Goo, kenapa kau di sini?” tanya Pul Ip.
“Ayo!” Baek Hyun mengambil buku Bong Goo dan mengajaknya kembali ke kelas khusus.
“Tidak.” kata Bong Goo, mangambil bukunya lagi. “Aku tidak mau ke universitas lagi.”
“Apa, Bong Goo?” tanya Jang Ma Ri, masuk ke kelas itu. “Siapa yang memberimu izin untuk berkata dan berlaku sesukamu? Tinggalkan kelasku. Sekarang.”
Baek Hyun mengangkat meja Bong Goo. Pul Ip, Hyun Jung dan Chan Doo mengambil barang-barangnya.
Baek Hyun meletakkan meja Bong Goo di luar kelas khusus. “Duduk disini. Kau pikir kau bisa lulus jika tidak memperhatikan pelajaran?”
“Kalian tidak masuk?” tanya Baek Hyun pada teman-temannya. “Bong Goo ingin duduk disini.”
“Baek Hyun!” seru Soo Jung.
“Oh Bong Goo, kau bilang bahwa kita bersama-sama akan berusaha dengan baik sampai akhir.” kata Baek Hyun. “Bagaimana bisa kau keluar begitu saja? Orang yang tidak berguna!”
“Ayo kita masuk.” kata Pul Ip, mengajak teman-temannya masuk.
Murid-murid kelas khusus belajar Bahasa Inggris dengan Anthony sementara di luar, Bong Goo diajari oleh Soo Jung.
Setelah itu, pelajaran Guru Lee. Soo Jung, Guru Jang dan Bong Goo belajar bersama di luar. Guru Lee sengaja membuka pintu dan jendela agar Bong Goo bisa ikut mendengar.
Setelah pelajaran Guru Lee, giliran Guru Jang yang mengajar. Makin banyak yang menemani Bong Goo diluar, termasuk Anthony, Guru Cha dan Guru Lee juga ikut duduk di dekat Bong Goo. Seok Ho hanya bisa menarik napas panjang melihat mereka.
Setelah itu, pelajaran Guru Lee. Soo Jung, Guru Jang dan Bong Goo belajar bersama di luar. Guru Lee sengaja membuka pintu dan jendela agar Bong Goo bisa ikut mendengar.
Setelah pelajaran Guru Lee, giliran Guru Jang yang mengajar. Makin banyak yang menemani Bong Goo diluar, termasuk Anthony, Guru Cha dan Guru Lee juga ikut duduk di dekat Bong Goo. Seok Ho hanya bisa menarik napas panjang melihat mereka.
Seok Ho kehabisan kesabaran. Ia menarik Bong Goo dan mengajaknya ke sebuah ruang kelas. Ia membuang buku-buku di depan Chan Doo.
“Kau sudah berusaha dengan keras dan sekarang kau ingin menyerah?!” seru Seok Ho. “Kenapa kau pikir bahwa kau tidak mampu saat ujian?”
Bong Goo mendongak.
“Aku tidak ingin mendengar alasanmu lagi mengenai kebodohanmu dalam belajar!” seru Seok Ho. “Kenapa kau pikir bahwa kau tidak mampu saat ujian?”
Bong Goo diam.
“Kau tidak bisa menjawab, bukan?” tanya Seok Ho. “Apa kau mau tahu jawabannya? Itu karena apa yang ada di kepalamu! Yang kau pikirkan hanyalah ‘Aku terlalu bodoh’ atau ‘Otakku tidak cukup baik’. Walaupun kau berusaha keras, hasil yang kau dapatkan tidak akan sesuai dengan yang kau harapkan.”
Bong Goo menangis.
“Kau menjadi pesimis karena ujian masuk tinggal sebentar lagi dan kau merasa buruk dan takut.” kata Seok Ho, menarik kerah baju Bong Goo.
“Benar!” seru Bong Goo. “Aku memang takut! Nilai semua murid meningkat dan hanya aku yang tidak meningkat!”
Seok Ho melempar botol ke jendela hingga berlubang. Ia menarik Bong Goo mendekati jendela itu.
“Saat ini kau tidak bisa melihat apapun.” kata Seok Ho. “Tapi jika kau maju selangkah maka kau akan bisa melihat dan mencapai tujuanmu. Walaupun kau tidak bisa melihat tujuanmu, tapi kau bisa merasakannya. Akan sangat bodoh jika kau menyerah sekarang, bukan? Terutama jika tujuanmu sudah dekat. Jangan hanya karena kau tidak bisa melihat, maka kau akan berhenti percaya bahwa tujuanmu memang ada disana!”
Bong Goo menangis. Teman-temannya menenangkan.
Baek Hyun protes pada Seok Ho tentang perlakuannya pada Bong Goo. Namun Seok Ho tidak memedulikannya.
“Kau sudah berusaha dengan keras dan sekarang kau ingin menyerah?!” seru Seok Ho. “Kenapa kau pikir bahwa kau tidak mampu saat ujian?”
Bong Goo mendongak.
“Aku tidak ingin mendengar alasanmu lagi mengenai kebodohanmu dalam belajar!” seru Seok Ho. “Kenapa kau pikir bahwa kau tidak mampu saat ujian?”
Bong Goo diam.
“Kau tidak bisa menjawab, bukan?” tanya Seok Ho. “Apa kau mau tahu jawabannya? Itu karena apa yang ada di kepalamu! Yang kau pikirkan hanyalah ‘Aku terlalu bodoh’ atau ‘Otakku tidak cukup baik’. Walaupun kau berusaha keras, hasil yang kau dapatkan tidak akan sesuai dengan yang kau harapkan.”
Bong Goo menangis.
“Kau menjadi pesimis karena ujian masuk tinggal sebentar lagi dan kau merasa buruk dan takut.” kata Seok Ho, menarik kerah baju Bong Goo.
“Benar!” seru Bong Goo. “Aku memang takut! Nilai semua murid meningkat dan hanya aku yang tidak meningkat!”
Seok Ho melempar botol ke jendela hingga berlubang. Ia menarik Bong Goo mendekati jendela itu.
“Saat ini kau tidak bisa melihat apapun.” kata Seok Ho. “Tapi jika kau maju selangkah maka kau akan bisa melihat dan mencapai tujuanmu. Walaupun kau tidak bisa melihat tujuanmu, tapi kau bisa merasakannya. Akan sangat bodoh jika kau menyerah sekarang, bukan? Terutama jika tujuanmu sudah dekat. Jangan hanya karena kau tidak bisa melihat, maka kau akan berhenti percaya bahwa tujuanmu memang ada disana!”
Bong Goo menangis. Teman-temannya menenangkan.
Baek Hyun protes pada Seok Ho tentang perlakuannya pada Bong Goo. Namun Seok Ho tidak memedulikannya.
Ujian sudah dekat. Anak-anak mengalami sindrom ujian seperti sakit perut, tidak bisa tidur dan lain-lain. Mereka melakukan persiapan ujian namun Bong Goo masih juga belum masuk.
Di restoran, seorang murid sedang mengerjakan sebuah soal dan tidak bisa mengerjakannya. Bong Goo melihatnya dan secara spontan mengerjakannya di kertas lain. Murid itu terkejut dengan apa yang dikerjakan Bong Goo.
“Wah, kak Bong Goo, kau pandai matematika.” kata murid itu kagum.
“Apa?” tanya Bong Goo. Baru kali ini seseorang mengatakan hal itu padanya.
“Wah, kak Bong Goo, kau pandai matematika.” kata murid itu kagum.
“Apa?” tanya Bong Goo. Baru kali ini seseorang mengatakan hal itu padanya.
Bong Goo menuju ke kamarnya dan melihat buku pelajaran. Bong Goo meneteskan air matanya.
“Benar.” gumam Bong Goo. “Akan sangat bodoh jika aku menyerah sekarang.Aku tidak akan menyerah! Karena aku… aku… sudah belajar terlalu keras dan tidak pantas menyerah sekarang!”
Bong Goo mengenakan seragamnya dan berlari ke sekolah.
“Benar.” gumam Bong Goo. “Akan sangat bodoh jika aku menyerah sekarang.Aku tidak akan menyerah! Karena aku… aku… sudah belajar terlalu keras dan tidak pantas menyerah sekarang!”
Bong Goo mengenakan seragamnya dan berlari ke sekolah.
Guru Cha mengajarkan anak-anak kelas khusus. Ia memberi pertanyaan dan tidak ada yang bisa menjawab.
“Benar-benar..” Guru Cha mengeluh.
Tiba-tiba Bong Goo masuk dan menjawab pertanyaan Guru Cha.
Murid-murid terkejut. “Bong Goo!”
“Maju dan jelaskan.” kata Guru Cha, menyuruh Bong Goo menuliskan jawaban pertanyaan itu. Bong Goo mengerjakannya dengan lancar (mengharukan banget adegan yang ini).
Seok Ho melihat dari jendela. Tiba-tiba ponselnya bergetar dan Seok Ho mengangkatnya. Wajah Seok Ho berubah menjadi shock dan sedih. Ia bergegas pergi ke suatu tempat.
“Benar-benar..” Guru Cha mengeluh.
Tiba-tiba Bong Goo masuk dan menjawab pertanyaan Guru Cha.
Murid-murid terkejut. “Bong Goo!”
“Maju dan jelaskan.” kata Guru Cha, menyuruh Bong Goo menuliskan jawaban pertanyaan itu. Bong Goo mengerjakannya dengan lancar (mengharukan banget adegan yang ini).
Seok Ho melihat dari jendela. Tiba-tiba ponselnya bergetar dan Seok Ho mengangkatnya. Wajah Seok Ho berubah menjadi shock dan sedih. Ia bergegas pergi ke suatu tempat.
Seok Ho ternyata datang ke pemakaman seseorang. Guru Seok Ho meninggal dunia.
Seok Ho berlutut dan menangis. Ia teringat masa lalunya, Guru inilah yang menasehatinya untuk belajar dengan keras dan mencapai tujuannya karena mulanya Seok Ho adalah anak yang nakal dan suka berkelahi. Guru itulah yang telah merubah hidupnya.
Guru Cha mengajak Soo Jung, Ma Ri dan anak-anak kelas khusus datang ke pemakaman.
Seok Ho berlutut dan menangis. Ia teringat masa lalunya, Guru inilah yang menasehatinya untuk belajar dengan keras dan mencapai tujuannya karena mulanya Seok Ho adalah anak yang nakal dan suka berkelahi. Guru itulah yang telah merubah hidupnya.
Guru Cha mengajak Soo Jung, Ma Ri dan anak-anak kelas khusus datang ke pemakaman.
Seok Ho kembali ke sekolah. Ia sudah kembali seperti biasa dan menyuruh anak-anak berlari sambil menghapal.
Soo Jung memberi ide agar guru-guru menghabiskan waktu dan tidur bersama dengan anak-anak untuk satu malam. Ia ingin memberikan kenangan yang manis untuk mereka semua.
Murid-murid kelas khusus belajar untuk mempersiapkan ujian. Para orang tua berdoa untuk anak-anak mereka. H-10, H-7, H-4, H-2, H-1.
Pada H-1, murid-murid dibagikan kartu ujian dan melihat kelas tempat mereka ujian di Universitas Chun Ha.
“Kami tidak ingin universitas lain!” teriak Seok Ho, membuat semua orang menoleh pada mereka.
Baek Hyun dan yang lainnya malu.
“Ikuti kata-kataku!” teriak Seok Ho. “Aku akan berusaha keras pada ujian!”
Muird-murid berteriak mengikutinya. “Kemenangan adalah milik kami!”
Pada H-1, murid-murid dibagikan kartu ujian dan melihat kelas tempat mereka ujian di Universitas Chun Ha.
“Kami tidak ingin universitas lain!” teriak Seok Ho, membuat semua orang menoleh pada mereka.
Baek Hyun dan yang lainnya malu.
“Ikuti kata-kataku!” teriak Seok Ho. “Aku akan berusaha keras pada ujian!”
Muird-murid berteriak mengikutinya. “Kemenangan adalah milik kami!”
Para guru memberikan nasehat, petuah dan menenangkan anak-anak. Mereka berkata agar anak-anak jangan takut dan tetap tenang. Yakin bahwa anak-anak akan bisa melakukan yang terbaik.
“Cobalah untuk melupakan kegugupan kalian.” kata Seok Ho. “Kalian pasti akan berhasil dalam ujian.”
“Cobalah untuk melupakan kegugupan kalian.” kata Seok Ho. “Kalian pasti akan berhasil dalam ujian.”
Di rumah, Nenek Baek Hyun melihat foto orang tua Baek Hyun.
Baek Hyun menelepon neneknya dan mengatakan bahwa ia akan pulang hari ini. Nenek Baek Hyun kelihatan sangat sakit.
“Baek Hyun tidak boleh tahu keadaanku.” kata Nenek. “Aku tidak boleh sakit sekarang.”
Di pihak lain, Baek Hyun membelikan jeruk untuk neneknya. Kantung tempat jeruk tersebut sobek dan jeruk berjatuhan.
Di rumahnya, nenek Baek Hyun pingsan.
Baek Hyun menelepon neneknya dan mengatakan bahwa ia akan pulang hari ini. Nenek Baek Hyun kelihatan sangat sakit.
“Baek Hyun tidak boleh tahu keadaanku.” kata Nenek. “Aku tidak boleh sakit sekarang.”
Di pihak lain, Baek Hyun membelikan jeruk untuk neneknya. Kantung tempat jeruk tersebut sobek dan jeruk berjatuhan.
Di rumahnya, nenek Baek Hyun pingsan.
http://princess-chocolates.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar